Rabu, 27 Oktober 2010

Kudu weru #1


Rusia = Masalah
Anda tentu saja tahu tentang Rusia, salah satu negara yang pernah terlibat perang dingin dengan Amerika. Begitu kuatnya pengaruh propaganda Amerika di Indonesia untuk tidak berpihak pada Rusia, juga sangat berpengaruh pada masyarakat Cirebon. Hal ini dapat dilihat pada kata Rusia yang disama artikan oleh orang Cirebon dengan kata masalah.
Contah penggunaan dalam kalimat bahasa Cirebon: “Wis lah aja luru rusia bae” (Sudahlah jangan cari masalah saja).  (NC)

@Sega Jamblang #1


Mumpung Durung Dilarang
“Sega pitu, tahue telu, dadare siji, sambel loro truss pusue siji” jare Mang Dekok seuwise ngentongnang sega jamblang dagangane Yu Narti. “Akeh pisan mang mangan segae kuh! Lagi kempong tah?” jare Jaroji nyletuk. “Mumpung sega durung dilarang!” jare Mang Dekok sekenae, bari nyleguk es tehe sing tinggal separo. “Lah emange mangan sega kuh bakal dilarang tah?” takon Jaroji maning. “lah sira kuh priben jeh Ji, bocah enom jeh beli weru perkembangan brita.” “lah mamang kan weru dewek, ning umah langka tipi, memange ana apa jeh mang?” takon Jaroji tambah penasaran.
“Kan mengko pemerintah bakal ngadanang dina tanpa sega, jadi dina kuen kita kabeh rakyat kih beli oli pada mangan sega.” Jelas Mang Dekok. “Lah priben sih macem-macem bae! Wong saban dina bae kita wis kengelan goleti sega, kadang mangan kadang beli. Iki malah ana dina tanpa sega.” Protes Jaroji bari nyerocos. “iya bener macem-macem bae, mengko kita dagange apa?” Jare Yu Narti melu nimbrung. “Ya ari mengko gantie sega, rakyat kudu mangan roti, ya sira dagange roti jamblang.” Jare Mang Dekok cuek. (NC)
Belajar Etika
“Wah mobile pak lurah kuh gonta-ganti bae ya? Wingi ngenggo sing abang, winginane kuning sekien ngenggo sing ijo. Apa kelurahane lagi mremaan gawe KTP tah?” Jare Dulgani bari cangkeme ngunyah sega jamblang. “Sira kuh Gan lagi mangan jeh nyrocos bae kaya entog, beli duwe etika pisan bocah enom kuh?” Jare Wak Haji sing lagi mangan sega jamblang ning sebelahe. “Lah Wak Haji kih priben jeh, kan ngerti dewek kita kih wong kere, jadi wajar ari beli duwe etika.” “lah apa hubungane kere karo etika? Ari etika kuh ya cung, priben awake dewek nuruti ilmu agama, matuhi adat istiadat, karo taat ning peraturan hukum sing berlaku!” Jelas Wak Haji bari nadae sengit.
“Jare sapa Wa Haji Kuh? Beli segampang kuen jeh! Buktie bae anggota DPR! Pengen belajar etika sampe kudu lunga adoh-adoh ning Yunani. Lah ari kaya kita wong kere, duwit seng endi anggo ongkos ning Yunanie? Paling banter gen teka ning umahe Yu Nani adie Yu narti.  Jadi wajar bae ari beli duwe etika sih.” Jare Dulgani bari nyrocos. “Dasar bocah edan!” Jare Wak Haji mengkel bari sekuat tenaga nyokot blekutake. (NC)

Jumat, 22 Oktober 2010

Kera-kera Hutan Plangon


“Ada orang ada kacang” itulah peribahasa yang mungkin digunakan oleh para kera yang tinggal di hutan wisata bukit  Plangon, seandainya mereka bisa berbicara.
Pasalnya pengunjung yang datang ke kawasan wisata yang terletak di Desa Babakan kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon, selalu memberikan kacang garing kepada para kera yang yang menjadi daya tarik objek wisata yang terletak di tepi jalan ini.
Kera-kera yang diyakini sebagai jelmaan prajurit Padjadjaran yang dikutuk, karena tingkah laku mereka yang seperti kera ini, cukup jinak dan selalu mengerumuni pengunjung  yang datang. Mereka bergerombol diantara kerumunan pengunjung sambil berharap mendapatkan lemparan kacang garing yang banyak di jual di sana. Sehingga dalam kondisi ini tidak jelas lagi, siapa memandang siapa.
Menurut penduduk sekitar, di hutan Plangon terdapat lima kelompok kera yang masing-masing kelompok dipimpin oleh seekor kera besar, yang disebut oleh penduduk sebagai kera jawara. Setiap kelompok kera memiliki wilayah masing-masing, dimana jika ada kera dari kelompok lain melanggar batas wilayah, maka kera jawaralah yang berkewajiban mengusir kera dari kelompok lain tersebut. Karena itu saat berkunjung ke sana, kita kerap disuguhi aksi kera yang saling berkejar-kejaran.
Selain kera, di kawasan wisata Plangon juga terdapat makam Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan yang terletak di puncak bukit, mereka adalah para pendiri Cirebon yang juga murid Sunan Gunung Jati. Pada saat-saat tertentu, seperti menjelang Ramadhan atau hari-hari besar Islam lainnya banyak pengunjung yang datang untuk berjiarah ke makam tersebut.
Untuk menuju ke puncak bukit kita harus meniti anak tangga yang membelah hutan Pelangon. Sepanjang perjalanan kadang kita juga akan diikuti oleh segerombolan kera, tapi jangan khawatir tidak ada unsur mistis dari tingkah laku para kera tersebut, sebagaimana yang pernah digambarkan pada salah satu acara reality show di televisi. Para kera tersebut hanyalah segerombolan kera yang berharap mendapatkan lemparan makanan dari para pengunjung yang lewat. (NC)

Kamis, 07 Oktober 2010

Sate Kalong, Hidangan Lezat di Malam Hari


Pernah dengar kata kalong? Itu loh bahasa jawanya kelelawar, satu-satunya mamalia yang bisa terbang dan selalu keluar malam untuk mencari makan. Nah... di Cirebon ada makanan khas yang lezat, namanya sate kalong. Mungkin anda akan merasa geli bahkan mual jika membayangkan hewan bersayap tersebut dijadikan sate.
Tapi tunggu dulu... Sate kalong  berbeda dengan sate lainnya, seperti sate ayam yang menggunakan daging ayam ataupun sate kambing yang menggunakan daging kambing. Sate kalong menggunakan bahan dari daging kerbau. Nama kalong diambil karena sate ini selalu muncul untuk diperdagangkan di malam hari. Sama seperti kelelawar yang selalu muncul di malam hari.
Sate kalong biasanya terdiri dari dua menu, yaitu sate yang berasa asin gurih, biasanya dagingnya berwarna kekuning-kuningan mirip daging empal, karena salah satu bumbu yang digunakannya adalah kunyit. Menu lainnya adalah sate yang berasa manis, dagingnya biasanya berbentuk pipih dan berwarna kecoklat-coklatan, mirip dengan daging dendeng. Satu porsi sate kalong biasanya terdiri dari kedua menu tersebut atau hanya salah satunya saja sesuai dengan selera. Sate kalong tersebut biasanya dibumbui dengan sambal oncom ataupun sambal kacang yang tidak begitu kental dan hangat, karena selalu diletakkan diatas tungku. Karena itu ketika bumbu tersebut disiramkan ke sate yang baru saja di bakar akan menciptakan bau gurih yang lezat.
Dahulu pedagang sate kalong, memiliki ciri khas tersendiri, yaitu menggunakan pikulan dengan bunyi-bunyian yang berasal dari klenengan (lonceng kecil). Namun saat ini sudah jarang pedagang sate kalong yang menggunakan pikulan seperti itu. Bahkan keberadaannya di Cirebon juga sudah semakin sulit ditemui. Salah satu pedagang sate kalong yang masih dapat ditemui adalah di Jl. Lemah Wungkuk, di Pusat jajanan Malam Hari. Itupun sudah tidak menggunakan pikulan lagi, tapi sudah menggunakan gerobag. Namun dari segi rasa tetap sama lezatnya dengan sate kalong yang dijual tempo dulu. (CN)

Menikmati Pagi Pantai Kejawanan


Minggu pagi bingung mau pergi kemana? Gak usah pusing, coba saja wisata pantai di Kejawanan. Pantai yang terletak di Jalan Raya Pegambiran ini merupakan tempat wisata yang murah meriah.
Pantai Kejawanan memiliki  akses yang sangat mudah, yaitu berdekatan dengan Tempat Pengelolaan Ikan (TPI) Kejawanan.  Tarif masuknya pun hanya seribu rupiah saja, bagi para pengguna kendaraan, baik mobil pribadi maupun sepeda motor, sedangkan untuk para pejalan kaki tidak dipungut tarif masuk, alias seratus persen gratis.
Di Pantai Kejawanan selain kita bisa menikmati terbitnya matahari dengan posisi yang bagus, yaitu tepat ditengah-tengah pantai. Di sana juga kita bisa berwisata keliling pantai dengan menggunakan perahu motor milik nelayan, dengan tarif yang cukup murah yaitu seharga lima ribu Rupiah saja perorang, yang bahkan bisa di tawar hingga sebesar tiga ribu rupiah saja. Selain itu, disana juga banyak disewakan perahu karet dengan tarif mulai seharga lima ribu Rupiah hingga sepuluh ribu Rupiah perperahu setiap satu jamnya. Kondisi Pantai Kejawanan yang landai dan dangkal menjadi daya tarik sendiri bagi para, terutama anak-anak. Karena mereka dapat bermain air hingga agak ketengah pantai. Namun begitu para pengunjung juga tetap dituntut untuk selalu berhati-hati.
Pantai Kejawanan merupakan salah satu potensi wisata yang dimiliki oleh kota Cirebon, namun sayang keberadaannya kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Kondisi pantai yang kurang terawat, dengan separuh view yang tertutup sebuah restoran sea food, mengurangi keindahan Pantai Kejawanan. Namun walaupun begitu, rasa haus masyarakat akan obyek wisata alam, menjadikan Pantai Kejawanan selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur. Apalagi air laut di Pantai Kejawanan diyakini oleh banyak masyarakat mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit dan dapat dijadikan terapi bagi para manula yang pernah terserang stroke. So... Jika anda tidak memiliki pilihan lain untuk jalan-jalan di pagi hari, tidak ada salahnya berkunjung ke Pantai Kejawanan. (NC)

Selasa, 05 Oktober 2010

Adzan Pitu yang Legendaris


Sholat jum’atlah di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Kasepuhan, selain suasananya yang terasa beda, karena masjid ini adalah masjid kuno yang dibangun pada masa pemerintahan Sunan Gunung Jati pada tahun 1480 M (abad 15).
Anda juga akan berkesempatan mendengarkan adzan pitu, yaitu adzan yang dikumandangkan oleh tujuh orang muadzin secara bersamaan. Walaupun lafal/bacaan yang dikumandangkannya sama, namun dengan dikumandangkan oleh tujuh orang sekaligus, kita akan merasakan getaran yang berbeda saat mendengarkannya. Suasana yang sangat tenang terasa selama adzan tersebut dikumandangkan.
Konon adzan pitu pertama kali dikumandangkan sebagai penolak bala. Ada dua versi kisah sejarah tentang asal muasal adzan pitu. Versi pertama adalah Masjid Sang Cipta Rasa mengalami kebakaran hebat, beberapa upaya telah dilakukan untuk memadamkan api yang membakar masjid tersebut, namun selalu gagal. Atas usul dari istri Sunan Gunung Jati, di kumandangkanlah adzan sebagaimana panggilan untuk sholat. Adzan pertama dikumandangkan oleh satu orang namun api belum juga kunjung padam. Kemudian ditambahkan lagi seorang muadzin untuk turut mengumandangkan adzan, tapi api belum juga berhasil dipadamkan. Kemudian ditambahkan lagi beberapa orang muadzin hingga berjumlah tujuh orang, barulah api tersebut padam.
Versi kedua adalah Masjid Sang Cipta Rasa dikuasai oleh kekuatan jahat yang bersemayam di kubah masjid, kekuatan itu berasal dari jin yang bernama Menjangan Wulung.   Jin tersebut membuat resah warga, karena membunuh siapapun yang datang ke masjid untuk sholat. Tidak mudah untuk mengalahkan Menjangan Wulung, karena ia adalah sesosok jin yang sangat sakti. Berdasarkan ikhtiar, Sunan Gunung Jati mencoba melawannya dengan kumandang adzan. Beliaupun menugaskan seorang muadzin untuk mengumandangkan adzan, namun jin tersebut berhasil membunuh sang muadzin. Upaya pun terus dilakukan hingga Sunan memerintahkan tujuh orang muadzin sekaligus untuk mengumandangkan adzan. Hingga terdengarlah dentuman keras yang menghempaskan kubah masjid ke angkasa sekaligus membunuh menjangan wulung. Kisah ini juga diyakini menjadi penyebab kenapa Masjid Sang Cipta rasa tidak memiliki kubah dan sebagian masyarakat meyakini kubah masjid tersebut jatuh di wilayah Banten.
Sejak saat itu adzan pitu selalu dikumandangkan setiap waktu sholat tiba. Namun saat ini adzan pitu hanya dikumandangkan pada saat waktu sholat jum’at tiba. (NC)

Kirik, Basa Gaule Wong Cirebon


Pernah mendengar orang Cirebon bercakap-cakap dengan bahasa Cirebon? Bagi anda yang bukan orang Cirebon dan baru pertama kali mendengar percakapan orang Cirebon pasti akan merasa aneh atau geli.
Pasalnya dalam obrolan bahasa Cirebon, selain logat  dan bahasa Jawanya agak berbeda dengan bahasa Jawa kebanyakan, seperti bahasa Jawa yang berasal dari Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Dalam bahasa Jawa Cirebonan juga  kerap terdengar kata “kirik” dilontarkan. Kirik yang dalam bahasa Indonesia berarti anjing ini, dalam bahasa Cirebon tidak diucapkan dalam bahasa makian dengan kondisi marah atau emosi. Kirik biasanya diucapkan dalam bahasa Cirebon sehari-hari, bukan dalam bahasa Cirebon halus atau bebasan yang juga menggunakan bahasa Jawa halus. Kata kirik selain digunakan sebagai bahasa gaul untuk menunjukkan keakraban, juga digunakan sebagai ucapan spontanitas untuk menunjukkan rasa kaget atau kekaguman terhadap sesuatu. Contoh penggunaan kata kirik dalam beberapa kalimat:
“Kirik priben kabare lawas beli ketemu kuh?” (Kirik, bagamana kabarnya lama tidak berjumpa), contoh sebuah kalimat yang biasanya diucapkan secara akrab kepada seorang sahabat yang lama sudah tidak berjumpa.
“Kirik, dipareki malah nyruduk!” (Kirik, di dekati malah nyruduk),contoh  sebuah kalimat yang dilontarkan oleh seseorang yang merasa kaget ketika akan di seruduk oleh seekor kambing,
Walaupun kata kirik digunakan sebagai bahasa keakraban, namun dalam penggunaannya tidak bisa sembarang diucapkan. Kata kirik hanya diucapkan kepada orang yang seusia atau lebih muda, karena itu jangan coba-coba menggunakan kata kirik kepada orang yang lebih tua atau pada acara-acara resmi semisal upacara pernikahan atau pembukaan syukuran hari kemerdekaan, karena anda pasti akan dihujani dengan lemparan sendal. (NC)