Tampilkan postingan dengan label bahasa cirebon. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bahasa cirebon. Tampilkan semua postingan

Selasa, 23 November 2010

Bangunan Tua

Puteran Sepur Peninggalan Belanda

Dulunya tempat ini dikenal angker oleh masyarakat setempat, karena selain pernah terdapat pohon beringin besar berusia ratusan tahun, konon menurut masyarakat di tempat ini sering terjadi penampakan mahluk gaib.
Itulah puteran sepur (puteran kereta), sebuah fasilitas milik Perumka yang merupakan buatan Belanda tahun 1913 ini, telah lama terbelengkalai tak terurus. Dulunya fasilitas ini berfungsi untuk memutar lokomotif, karena saat itu lokomotif hanya dapat bergerak maju, tidak bisa bergerak mundur. Fasilitas yang terletak di Dipo Lokomotif jalan Pancuran Gang Dipo Cirebon ini berbentuk lingkaran mirip kolam, dengan sebuah jalan kereta di tengahnya yang dapat diputar secara manual (didorong). Di dasar lingkaran tersebut terdapat genangan air yang pada musim hujan selalu dipenuhi oleh katak untuk berkembang biak.
Untuk menghindari kesan kumuh dan angker, Perumka mengubah tampilan puteran sepur lebih berwarna. Mereka mengganti cat tembok dan besinya yang kusam dengan warna biru dan kuning yang cerah. Bukan itu saja, Perumka juga menyulap semak belukar yang tumbuh liar di sekitarnya menjadi taman yang indah. Belum cukup sampai di situ, Perumka juga mengecat tembok pagar dan bangunan yang berada di sekitar puteran sepur dengan cat putih, sehingga bangunan tua yang kusam dan terkesan angker itu berubah menjadi sebuah taman yang indah.
Namun sayang belum lama di cat, tangan-tangan usil berdatangan. Mereka mencorat-coret semua dinding puteran sepur dan tembok sekitarnya dengan cat semprot. Taman yang indah kini kembali kumuh penuh dengan coretan berisi makian. Sayang sekali bukan? (CN)

Minggu, 14 November 2010

@Sega Jamblang #3



Gayus Award
“Tumben sih yu sepi sega jamblange?” takon Mang Dekok. “Iya kih Mang. Beli ngerti pada mendi uwong-uwonge. Biasa tah wa segae?” jare Yu Narti bari jukut sega jamblang telung iji.
“Mang ari sampean kih ngrungu beli Cirebon olih penghargaan kuh?” takon yu narti. “Beli jeh! Bagus lah, penghargaan apa kuen kuh yu? Hebat pisan!” jare Mang Dekok seneng ngrungue. Yu Narti cengar cengir bae. “Iku kuh penghargaan kota terkorup, seng lembaga surpei apakah arane mbuh!” jawabe Yu Narti. “Penghargaan apa Yu?” takon Mang Dekok penasaran. “Penghargaan kota terkorup mang!” Jawab Yu Narti maning.
“Wah...wah berarti pa wali kotae bakal diundang ning Jakarta kuh anggo nerima penghargaan.” Jare Mang Dekok. “Penghargaan apa Mang? Wong kota terkorup jeh?” takon Yu Narti.
“Gayus Award” jare Mang Dekok lempeng. (NC)

Calon Gayus
“Mendi Cung esuk-esuk wis rapih kaya pegawe bae” Takon Mang Dekok ning Dulgani sing tampil beda nganggo kemeja. “Arep ning Disnaker Mang, gawe kartu kuning.” Jawab Dulgani. “Nganggo apa gawe kartu kuning? Beli sekalian kartu abang bae tah?” Takon Mang Dekok Maning. ”Lah mang, kan skien kuh ana bukaan CPNS maning, mangkae kita arep gawe kartu kuning nganggo daftar CPNS.” Jare Dulgani setengah ngotot.
“Dul... gundul, sira kuh bocah males bae kuh gaya-gayaan pengen jadi CPNS.” Jare Mang Dekok bari nyengir kaya kuda. “Lah Mamang kih priben jeh. Justru karena isun males mangkae wani daftar CPNS.” Jare Dulgani. “Ngaco bae sira kuh!” sentak Mang Dekok. “Lah Kaya beli ngerti bae mang, budaya kerja ning kantor pemerintah. Deleng bae kah kecamatan. Esuk-esuk pegawe’e wis pada dolanan catur bari udad-udud, rada awan setitik kantore pindah ning kantin, terus tes kuen pada ngilang mbuh ngendi. Enak kang mang? Mangkae mang, wong males kaya isun kih cocoke jadi pegawe negri.” Jare Dulgani bari nyengir.
“Semprull! Ari niate blesak kaya konon sih, sira kuh daptar bae jadi Gayus sisan!” Jare Mang Dekok bari nyembur. (NC)

Selasa, 09 November 2010

Kudu weru #2



Proklamasi Kemerdekaan di Cirebon
Tahukah anda bahwa pada tanggal 15 Agustus 1945, di Cirebon pernah dikumandangkan proklamasi kemerdekaan? Konon proklamasi tersebut di bacakan oleh Dr Sudarsono, kepala RS Gunung Jati saat itu. Proklamasi di bacakan atas instruksi dari Sutan Sahrir,yang menndengar penyerahan Jepang terhadap sekutu melalui Radio. Pada awalnya Sahrir meminta kepada Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasikannya sebelum penyerahan resmi Jepang terhadap sekutu, agar proklamasi Indonesia tidak terkesan pemberian dari Jepang. Namun Soekarno-Hatta menolaknya dengan alasan proklamasi harus tetap melalui proses sidang BPUPKI.
Lokasi dibacakannya proklamasi diyakini di Alun-alun Kejaksan,dengan dihadiri oleh segelintir orang dan sedikit publikasi. Karena itu di sana dibagun sebuah monumen setinggi kurang lebih tiga meter dengan bentuk mirip pinsil berwarna putih untuk memperingati Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 15 Agustus 1945 di Cirebon. (NC)

Asal Usul Kata “Bobad” (Bohong)
Dalam bahasa Cirebon mengenal kata bobad yang dalam bahasa indonesia berarti bohong. Kata bobad dalam bahasa Jawa Cirebon ini tidak terdapat pada kosakata bahasa Jawa lainnya, baik di Jawa Tengah maupun di Jawa Timur.
Kata Bobad diambil dari sebuah peristiwa di masa lampau, yaitu Perang Bubat. Perang antara Majapahit dan Padjadjaran yang terjadi di daerah Bubat (Di Jawa Timur dekat Istana Trowulan Majapahit). Perang tersebut oleh sebagian besar masyarakat Jawa Barat (Sunda) dianggap sebagai sebuah kebohongan besar. Dimana rombongan kerajaan Padjadjaran yang akan berkunjung ke Ibu Kota Majapahit atas undangan Raja Majapahit, Baginda Raja Hayam Wuruk, dengan tujuan untuk menikahkan sang Putri Diah Pitaloka dengan raja Majapahit tersebut, diserang oleh tentara Majapahit secara mendadak. Sehingga seluruh rombongan Kerajaan Padjadjaran termasuk sang baginda dan putrinya tewas dalam peristiwa tersebut.
Rupanya peristiwa tersebut membekas di hati rakyat pasundan khususnya masyarakat Cirebon yang masih memiliki kekerabatan dengan Kerajaan Padjadjaran,  sehingga kata bubat masuk dalam bahasa sehari-hari masyarakat Cirebon menjadi kata Bobad untuk menggambarkan sebuah kebohongan. (NC)

Senin, 08 November 2010

Menikmati Sore di Panjunan



Kelurahan Panjunan terletak di pusat kota Cirebon. Panjunan merupakan perkampungan kuno dengan mayoritas penduduk keturunan Arab, karena itu Panjunan juga dijuluki dengan sebutan kampung Arab. Panjunan didirikan oleh seorang Pangeran Arab dari Baghdad yang bernama Maulana Abdul Rahman, yang datang ke Cirebon untuk berguru Agama Islam kepada Sunan Gunung Djati. Sang pangeran beserta keluarga dan rombongannya dari Baghdad memutuskan untuk menetap di suatu tempat yang letaknya tidak jauh dari Pusat Kerajaan Cirebon. Untuk menghidupi keluarganya sang pangeran bekerja sebagai pengrajin dan pedagang keramik, karena itu beliau dijuluki dengan nama Pangeran Panjunan (panjunan berasal dari kata jun yang berarti keramik).
Di Panjunan juga terdapat sebuah masjid yang dikenal dengan sebutan masjid merah, yang didirikan pada tahun 1453, jauh lebih tua dari Masjid Agung Keraton Kasepuhan Sang Cipta Rasa yang didirikan pada tahun 1549. Disebut masjid merah karena seluruh dinding masjid ini terbuat dari bata teracota berwarna merah. Uniknya, arsitektur masjid ini merupakan perpaduan beberapa budaya seperti budaya hindu sebagai pengaruh Majapahit, budaya Arab dan budaya China. Jejak budaya China sangat tampak terlihat pada piring-piring keramik asal negeri china yang menempel pada dinding Masjid Merah.
Pada sore hari, tak jauh dari Masjid Merah dapat kita temui pedagang Mi Koclok, kuliner khas Cirebon yang terbuat dari mi dengan kuah putih kental dan gurih terbuat dari beras dan santan, di tambah dengan sisiran ayam dan irisan telur rebus. Membuat makanan ini terasa begitu lezat, apa lagi sambalnya yang dapat menambah selera makan kita bertambah lahap.
Pada sore hari, di seberang pedagang mi koclok juga biasanya dapat kita temui pedagang jajanan pasar, seperti arem-arem, naga sari, koci dan jajanan pasar lainnya yang cocok kita bawa pulang sebagai oleh-oleh untuk di rumah.
Karena itu, jika anda memiliki waktu luang di sore hari, tidak ada salahnya untuk berkunjung ke Panjunan untuk menikmati lezatnya mi koclok dan suasana kampung Arab yang kental nuansa sejarah Islamnya. (NC)

Empal Gentong Khas Plered


Empal gentong adalah jenis makanan berkuah seperti soto, dengan bahan utamanya  adalah daging sapi ataupun jeroan sapi seperti usus, babat, bahkan ada juga yang menggunakan kikil sapi. Kita bisa memilihnya sesuai selera kita. Berbeda dengan soto, selain menggunakan santan, empal gentong juga menggunakan bumbu berbahan kunir, sehingga warna kuah dan dagingnya berwarna kuning segar.
Empal gentong, selain menggunakan lontong juga cukup nikmat jika di santap dengan nasi, tampilannya yang berwarna kuning kunir, akan lebih tampak segar lagi, karena diberi taburan potongan daun kucai yang berwarna hijau segar serta taburan bawang goreng yang menambah aroma empal gentong bertambah lezat.
Begitu juga dengan sambalnya, empal gentong menggunakan cabai bubuk, sehingga tidak saja menambah tampilannya semakin menarik, tapi juga menambah kelezatan rasanya. Apalagi bagi pecinta rasa pedas, cabai bubuk yang digunakan pada empal gentong cukup nikmat untuk membuat kita berkeringat.
Dinamakan empal gentong, karena kuah maupun dagingnya dimasak dan selalu dihangatkan dalam gentong (gerabah) dengan api yang berasal dari tungku kayu. Empal gentong banyak dijumpai di wilayah Cirebon, baik di kota maupun kabupaten, baik mangkal maupun keliling.  Biasanya para pedagang empal gentong memakai nama “Empal Gentong Plered” sebagai merk dagangnya, karena Plered adalah daerah asal empal gentong.
Hal unik dari empal gentong, selain menggunakan tungku kayu dan gerabah, juga menggunakan klonongan (lonceng) yang biasa dipakai oleh sapi maupun kerbau. Biasanya klonongan dipakai oleh pedagang empal gentong keliling sebagai tanda kalau mereka lewat. Sedangkan bagi pedagang yang mangkal, klonongan hanya digunakan sebagai aksesoris saja. (NC)

Gurihnya Kerupuk Melarat


Biar Mlarat asal sehat, bisa jadi banyak yang tidak setuju dengan ungkapan ini. tapi tunggu dulu yang dimaksud adalah krupuk mlarat, yaitu krupuk khas Cirebon, yang digoreng tidak menggunakan minyak goreng tapi menggunakan pasir. Itulah sebabnya, kenapa krupuk ini disebut dengan krupuk mlarat karena menggunakan pasir bukannya minyak goreng yang harganya terus melambung, karena itu pula krupuk ini diklaim sebagai kerupuk sehat sebab tidakmengandung kolesterol di dalamnya.
Walaupun digoreng menggunakan pasir, rasa kerupuk ini tetap gurih dan lezat. Apalagi kalau kerupuk ini kita siram dengan sambal kacang yang pedas. Wuihhh... rasanya akan tambah maknyusss...
Walaupun di Cirebon sendiri banyak produsen kerupuk melarat, tapi uniknya ada yang mencantumkan merek dagang dalam kemasannya yang hanya berupa bungkusan plastik bening. Sehingga semuanya tampak sama. Tapi jangan khawatir, semuanya tetap berasa lezat dan yang terpenting tak perlu khawatir jatuh mlarat untuk menikmati gurihnya kerupuk mlarat. (NC)

Rabu, 27 Oktober 2010

@Sega Jamblang #1


Mumpung Durung Dilarang
“Sega pitu, tahue telu, dadare siji, sambel loro truss pusue siji” jare Mang Dekok seuwise ngentongnang sega jamblang dagangane Yu Narti. “Akeh pisan mang mangan segae kuh! Lagi kempong tah?” jare Jaroji nyletuk. “Mumpung sega durung dilarang!” jare Mang Dekok sekenae, bari nyleguk es tehe sing tinggal separo. “Lah emange mangan sega kuh bakal dilarang tah?” takon Jaroji maning. “lah sira kuh priben jeh Ji, bocah enom jeh beli weru perkembangan brita.” “lah mamang kan weru dewek, ning umah langka tipi, memange ana apa jeh mang?” takon Jaroji tambah penasaran.
“Kan mengko pemerintah bakal ngadanang dina tanpa sega, jadi dina kuen kita kabeh rakyat kih beli oli pada mangan sega.” Jelas Mang Dekok. “Lah priben sih macem-macem bae! Wong saban dina bae kita wis kengelan goleti sega, kadang mangan kadang beli. Iki malah ana dina tanpa sega.” Protes Jaroji bari nyerocos. “iya bener macem-macem bae, mengko kita dagange apa?” Jare Yu Narti melu nimbrung. “Ya ari mengko gantie sega, rakyat kudu mangan roti, ya sira dagange roti jamblang.” Jare Mang Dekok cuek. (NC)
Belajar Etika
“Wah mobile pak lurah kuh gonta-ganti bae ya? Wingi ngenggo sing abang, winginane kuning sekien ngenggo sing ijo. Apa kelurahane lagi mremaan gawe KTP tah?” Jare Dulgani bari cangkeme ngunyah sega jamblang. “Sira kuh Gan lagi mangan jeh nyrocos bae kaya entog, beli duwe etika pisan bocah enom kuh?” Jare Wak Haji sing lagi mangan sega jamblang ning sebelahe. “Lah Wak Haji kih priben jeh, kan ngerti dewek kita kih wong kere, jadi wajar ari beli duwe etika.” “lah apa hubungane kere karo etika? Ari etika kuh ya cung, priben awake dewek nuruti ilmu agama, matuhi adat istiadat, karo taat ning peraturan hukum sing berlaku!” Jelas Wak Haji bari nadae sengit.
“Jare sapa Wa Haji Kuh? Beli segampang kuen jeh! Buktie bae anggota DPR! Pengen belajar etika sampe kudu lunga adoh-adoh ning Yunani. Lah ari kaya kita wong kere, duwit seng endi anggo ongkos ning Yunanie? Paling banter gen teka ning umahe Yu Nani adie Yu narti.  Jadi wajar bae ari beli duwe etika sih.” Jare Dulgani bari nyrocos. “Dasar bocah edan!” Jare Wak Haji mengkel bari sekuat tenaga nyokot blekutake. (NC)